Ada seseorang menangis, lalu di tanya "ada apa?", dia menjawab, "saya dihina oleh teman saya", apa sesungguhnya yang membuat dia terhina? kata-kata temannya itu? bukan. Arti yang dia berikan sendiri kepada kata-kata temannya itulah yang membuat dia terhina. Arti itu membuat dia marah. Kemarahan yang diabatasi oleh ketidak berdayaan untuk melawan, jadilah dia menangis.
Coba lihat dua orang sedang bertemu, salah satunya mengatakan "asu" kepada yang lain. Kamu tahu "asu" ? itu bahasa jawa yang artinya "anjing". Anehnya orang yang dibilanmg "asu" tadi malah ketawa-tawa, lalu mendekati orang itu lalu mereka saling "tos", diakhiri dengan bersalaman.
Kok orang disebut "asu" malah ketawa-ketiwi, ya? Itu karena kata "asu" bagi mereka merupakan ekspresi keakraban. Mengapa mereka bisa memberi arti seperti itu? Karena mereka sudah saling percaya. Dalam konteks sudah terjalin hubungan baik inilah arti ekspresi keakraban itu tercipta. lain halnya kalau orang baru kamu kenal lima menit lalu, dan kemudian kamu bilang "asu" kepada orang yang baru kamu kenal itu. Mungkin cerita ini berakhir di rumah sakit atau kuburan.